Asyari muhammad
burung-burung terbang membawa seikat batu-batu dari langit
kemudian di jatuhkannya di atas gedung-gedung parlementer
sebagai pengganti batu-batu pada sungai-sungai yang habis di jarah
dengan penanambangan yang tak jelas setatusnya
dan ijin yang semrawut
kita telah kehabisan bahan bakar
gedung-gedung semakin menjulang menatap langit
seolah tak punya malu dan iba
terhadap langit yang tak beratap
karena soko-soko kehidupan telah di grogotiya
burung-burung terbang bebas membawa seikat batu-batu dari langit
di tangkapnya buldoser-buldoser
di masukanya ke dalam lubang-lubang kenistaan
jadilah kricak-kricak bangunan beton
yang membawa gugusan debu-debu
dan langit tak lagi biru seperti biasa
kita telah kehabisan bahan bakar
orang-orang kepanasan terus menjejali bukit-
membabat-babat pohon kehidupan
Minggu, 24 Oktober 2010
Jumat, 22 Oktober 2010
Kekasih, aku gelisah
Asyari muhammad
aku gelisah malam itu,
serombongan angin menusukku dari belakang
sebisa aku menangis di kutuk sunyi
dan luka tak pernah pergi dari makamnya
sajak-sajakku larut dalam kesedihan
usai menatapmu
aku gelisah malam itu,
kata-kata beku jadi batu
tak bisa menuai kudusmu
di altar aku memintalmu
dengan sejuta kata yang habis jadi abu
kekasih, aku dilindap kata-kata pada kantung matamu yang tak mampu menampung airmata
dengan hitam pekat setajam pisau yang menghunus dada
aku blingsatan diantara serpihan cahaya
melarut kemana melangkah
kekasih, aku gelisah malam itu,
menatapmu yang beku
tak berkesudahan hingga sekarang
jepara, 2010
aku gelisah malam itu,
serombongan angin menusukku dari belakang
sebisa aku menangis di kutuk sunyi
dan luka tak pernah pergi dari makamnya
sajak-sajakku larut dalam kesedihan
usai menatapmu
aku gelisah malam itu,
kata-kata beku jadi batu
tak bisa menuai kudusmu
di altar aku memintalmu
dengan sejuta kata yang habis jadi abu
kekasih, aku dilindap kata-kata pada kantung matamu yang tak mampu menampung airmata
dengan hitam pekat setajam pisau yang menghunus dada
aku blingsatan diantara serpihan cahaya
melarut kemana melangkah
kekasih, aku gelisah malam itu,
menatapmu yang beku
tak berkesudahan hingga sekarang
jepara, 2010
Kamis, 21 Oktober 2010
Negeri amnesia
Asyari muhammad
sejak keadilan tak lagi diperbincangkan
dalam diskusi
orang-orang sering kepanasan
menentukan nasib yang tak jelas
sejak keadilan tak lagi dipersoalkan
dalam rapat kerja
kita sering dipermainkan
dijarah kemiskinan
dan hukum jadi barang dagangan
disetiap pertokoan kaki lima
seolah barang mainan yang unik
inilah negriku yang unik
negri yang gemah melimpah
toto tentrem tipu-menipu
dengan segala kemegahan
dan kita adalah penonton yang setia
mengikuti pertunjukkan opera kasak-kusuk
pada sebuah gedung pertujukkan
sejak keadilan tak lagi diperbincangkan
dalam diskusi
orang-orang sering kepanasan
menentukan nasib yang tak jelas
sejak keadilan tak lagi dipersoalkan
dalam rapat kerja
kita sering dipermainkan
dijarah kemiskinan
dan hukum jadi barang dagangan
disetiap pertokoan kaki lima
seolah barang mainan yang unik
inilah negriku yang unik
negri yang gemah melimpah
toto tentrem tipu-menipu
dengan segala kemegahan
dan kita adalah penonton yang setia
mengikuti pertunjukkan opera kasak-kusuk
pada sebuah gedung pertujukkan
Selasa, 19 Oktober 2010
Kamboja di kintamani
Asyari muhammad
seribu kamboja berserakkan di bukit kintamani
melepaskan benih cinta pada bocah bermata sayu
semerbak wewangi
membuka lembaran baru
bocah-bocah turun dari bukit
menebus reranting yang tak sempat jadi kayu bakar
sebagai hiasan untuk sesembahan
seribu kamboja di kintamani
memandangmu jarak tak bertepi
anak perawan disudut sepi
menghitung nasib sendiri
o, sang yang agung
bawalah doa-doa pada kamboja yang terbang bersama bocah-bocah bermata sayu
diantara taman-tamanmu yang indah,
siramilah air suci dari gunung-gunungmu yang agung
biarlah wewangi kamboja selalu menyerta
jepara, 2010
seribu kamboja berserakkan di bukit kintamani
melepaskan benih cinta pada bocah bermata sayu
semerbak wewangi
membuka lembaran baru
bocah-bocah turun dari bukit
menebus reranting yang tak sempat jadi kayu bakar
sebagai hiasan untuk sesembahan
seribu kamboja di kintamani
memandangmu jarak tak bertepi
anak perawan disudut sepi
menghitung nasib sendiri
o, sang yang agung
bawalah doa-doa pada kamboja yang terbang bersama bocah-bocah bermata sayu
diantara taman-tamanmu yang indah,
siramilah air suci dari gunung-gunungmu yang agung
biarlah wewangi kamboja selalu menyerta
jepara, 2010
Senin, 18 Oktober 2010
Lelaki yang menangis
Asyari muhammad
ada luka di jeruji besi
sebelum darah mengeras
lelaki tua berkarat
menuai kudus
menghitung jari-jemari yang habis terkikis
melukis awan pada tembok beton
jarakmu meneteskan kepedihan
;sehabis subuh
ada luka di jeruji besi
lelaki tua membawa seikat rindu
melintasi kota nan ukir
seekor macan kumbang
liar, mencabik-cabik bola api
ada luka yang tersisa
memandangmu di atas benteng portugis
kota nan kecil terlintas di selat utara
lelaki tua meneteskan airmata
mengalir disekujur tubuh
menghitung nasib
disepanjang trotoar
jepara, 2010
ada luka di jeruji besi
sebelum darah mengeras
lelaki tua berkarat
menuai kudus
menghitung jari-jemari yang habis terkikis
melukis awan pada tembok beton
jarakmu meneteskan kepedihan
;sehabis subuh
ada luka di jeruji besi
lelaki tua membawa seikat rindu
melintasi kota nan ukir
seekor macan kumbang
liar, mencabik-cabik bola api
ada luka yang tersisa
memandangmu di atas benteng portugis
kota nan kecil terlintas di selat utara
lelaki tua meneteskan airmata
mengalir disekujur tubuh
menghitung nasib
disepanjang trotoar
jepara, 2010
Minggu, 17 Oktober 2010
Di pintu masjid
Asyari muhammad
telah kupintal sejuta kata
di altarmu yang kudus
persis di bawah bulan yang belum sempurna
iktikaf
menghadapmu
aku masih kotor
maka , ampunkalah segala resah
biar susah
tak sia-sia
telah kupintal sejuta kata
di altarmu yang kudus
persis di bawah bulan yang belum sempurna
iktikaf
menghadapmu
aku masih kotor
maka , ampunkalah segala resah
biar susah
tak sia-sia
Sabtu, 16 Oktober 2010
Ya ramadhan ya lailatul qodar
Asyari Muhammad
atas dasar cinta yang lahir sebelum adam
dan mendiami tubuhmu
adalah percikan air suci yang menetes sehabis wudhu
menebar seribu malaikat sang penjaga bumi seisinya,
penghuni surga
maka lemparlah aku ke dalam kolam susu yang kau cipta
serta bidadari-bidadari yang senantiasa memberi kehangatan
lantaran seorang pendusta macam aku ini
yang penuh kenistaan
ya ramadhan
ya lailatul qodar
jadikanlah aku sebagian dari perjalananmu
menempuh bukit-bukit terjal
menembus angin yang bersahaja
pada malam-malammu dan bulan separuh di atas kepala
kemudian ajarkanlah kitab-kitab yang belum sempat aku baca
atas ayat-ayatmu yang suci
ya ramadhan
ya lailatul qodar
tak ada kata yang bisa aku eja di atas makam ini
bukan lagu mendendangkan puja-puji tuhan
melainkan ayat-ayatmu yang suci
dengan pengembaraannya
atas dasar cinta dan pengembaraannya
aku ingin mendiami matamu
dan memetik buah-buah segar
ya lailatul qodar
2010
atas dasar cinta yang lahir sebelum adam
dan mendiami tubuhmu
adalah percikan air suci yang menetes sehabis wudhu
menebar seribu malaikat sang penjaga bumi seisinya,
penghuni surga
maka lemparlah aku ke dalam kolam susu yang kau cipta
serta bidadari-bidadari yang senantiasa memberi kehangatan
lantaran seorang pendusta macam aku ini
yang penuh kenistaan
ya ramadhan
ya lailatul qodar
jadikanlah aku sebagian dari perjalananmu
menempuh bukit-bukit terjal
menembus angin yang bersahaja
pada malam-malammu dan bulan separuh di atas kepala
kemudian ajarkanlah kitab-kitab yang belum sempat aku baca
atas ayat-ayatmu yang suci
ya ramadhan
ya lailatul qodar
tak ada kata yang bisa aku eja di atas makam ini
bukan lagu mendendangkan puja-puji tuhan
melainkan ayat-ayatmu yang suci
dengan pengembaraannya
atas dasar cinta dan pengembaraannya
aku ingin mendiami matamu
dan memetik buah-buah segar
ya lailatul qodar
2010
Kamis, 14 Oktober 2010
Guru, lawan, atau kawan
Asyari Muhammad
Bukan lantaran benci ataupun sejenisnya
Sebab dosa,jika tak mampu
Bukan menolak ataupun sejenisnya
Sebab guru adalah penghormatan
Yang tak bisa diabaikan
Bukan lantaran jabatan dan kuasa
Meski kedudukan,selalu diharapkan
Sebab bukit tak selamanya kokoh
Sementara kita membiarkan batu batu
Dirampas,dan dijarah
Apalah air susu jika sebatas fatamorgana
Dan kita bersuka cita
Dimana luka,
Siapa kawan,siapa lawan
Tak bisa bedakan
Mana surga,mana neraka!
Ah
Aku malu pada diri sendiri
Bahkan,jika dipertanyakan
Sebab tak ada lagi yang harus diulang
Dan kembali untuk sebuah peradaban.
130109
Bukan lantaran benci ataupun sejenisnya
Sebab dosa,jika tak mampu
Bukan menolak ataupun sejenisnya
Sebab guru adalah penghormatan
Yang tak bisa diabaikan
Bukan lantaran jabatan dan kuasa
Meski kedudukan,selalu diharapkan
Sebab bukit tak selamanya kokoh
Sementara kita membiarkan batu batu
Dirampas,dan dijarah
Apalah air susu jika sebatas fatamorgana
Dan kita bersuka cita
Dimana luka,
Siapa kawan,siapa lawan
Tak bisa bedakan
Mana surga,mana neraka!
Ah
Aku malu pada diri sendiri
Bahkan,jika dipertanyakan
Sebab tak ada lagi yang harus diulang
Dan kembali untuk sebuah peradaban.
130109
Rabu, 13 Oktober 2010
kapal pecah
Asyari Muhammad
seperti hari ini yang kering
di sebuah dermaga,kau menanti
kapal kapal yang hendak berlabuh
membawa kata kata, sepi
seperti hari ini yang ragu
pengembaraan hendak istirah
melempar karang di laut yang sauh
di tepi, aku kosong
menatap cahaya
membelah laut
seperti hari ini yang kemarau
tak ada yang di tinggu
awak kapal menggaris cakrawala
camar camar hendak ke sarang
bermain dengan malam
menembus bintang bintang
seperti hari ini aku menatapmu
2009
seperti hari ini yang kering
di sebuah dermaga,kau menanti
kapal kapal yang hendak berlabuh
membawa kata kata, sepi
seperti hari ini yang ragu
pengembaraan hendak istirah
melempar karang di laut yang sauh
di tepi, aku kosong
menatap cahaya
membelah laut
seperti hari ini yang kemarau
tak ada yang di tinggu
awak kapal menggaris cakrawala
camar camar hendak ke sarang
bermain dengan malam
menembus bintang bintang
seperti hari ini aku menatapmu
2009
Selasa, 12 Oktober 2010
perjalanan
Asyari Muhammad
kita duduk di sebuah senja
mengeja pasir di bukit karang
menghitung camar di antara mega mega
sebatang rokok tinggal abunya
kita duduk di sebuah senja
menunggu kapal segera ke tepi
menjemput mimpi
membuka lembaran baru
usai melaut
perjalanan, kini
sampailah kita pada maut
2009
kita duduk di sebuah senja
mengeja pasir di bukit karang
menghitung camar di antara mega mega
sebatang rokok tinggal abunya
kita duduk di sebuah senja
menunggu kapal segera ke tepi
menjemput mimpi
membuka lembaran baru
usai melaut
perjalanan, kini
sampailah kita pada maut
2009
Senin, 11 Oktober 2010
bukit putih
Asyari Muhammad
orang orang putih
berkejaran di bukit putih
pecahkan batu batu putih
burung burung putih
terbang di antara awan putih
daun daun putih
meneteskan air mata putih
membebaskan jiwa jiwa putih
segala harapan putih
2009
orang orang putih
berkejaran di bukit putih
pecahkan batu batu putih
burung burung putih
terbang di antara awan putih
daun daun putih
meneteskan air mata putih
membebaskan jiwa jiwa putih
segala harapan putih
2009
Minggu, 10 Oktober 2010
berita sang kala
Asyari Muhammad
batu sepi
rumput menjalar
akarnya tak sampai ke ulu hati
seperti malam yang pekat
bermandikan cahaya purnama
di bawah pohon
kita berkejaran
menunggu pagi
bocah bocah
bermain di ladang strowberry
2009
batu sepi
rumput menjalar
akarnya tak sampai ke ulu hati
seperti malam yang pekat
bermandikan cahaya purnama
di bawah pohon
kita berkejaran
menunggu pagi
bocah bocah
bermain di ladang strowberry
2009
Sabtu, 09 Oktober 2010
gadis buta
Asyari Muhammad
apakah itu kau
apakah itu dia
apakah itu mereka
duduk di bukit kapur
tak dapat melihat
tak dapat mendengar
tak dapat mencium
tak dapat berjalan di bumi
tak dapat meraba di antara
awan kemarau,
adalah gadis buta
bagi batu batu
bunga bunga
butiran pasir di laut lepas
sebab air mata selalu meneteskan kepedihan
mata air mengalir di celah celah
bangunan kota
2009
apakah itu kau
apakah itu dia
apakah itu mereka
duduk di bukit kapur
tak dapat melihat
tak dapat mendengar
tak dapat mencium
tak dapat berjalan di bumi
tak dapat meraba di antara
awan kemarau,
adalah gadis buta
bagi batu batu
bunga bunga
butiran pasir di laut lepas
sebab air mata selalu meneteskan kepedihan
mata air mengalir di celah celah
bangunan kota
2009
Jumat, 08 Oktober 2010
bermain dengan malam
Asyari Muhammad
di pantai kartini ujung dermaga
kita mencari cahaya
nelayan mencari ikan
ikan bermain dengan malam
malam damai
kerlap kerlip cahaya
seperti pasar di tengah samudera
menembus malam yang Kau cipta
seperti angin yang berhembus
dari segala penjuru
dengan sebotol anggur
aku tenggelam
2009
di pantai kartini ujung dermaga
kita mencari cahaya
nelayan mencari ikan
ikan bermain dengan malam
malam damai
kerlap kerlip cahaya
seperti pasar di tengah samudera
menembus malam yang Kau cipta
seperti angin yang berhembus
dari segala penjuru
dengan sebotol anggur
aku tenggelam
2009
Kamis, 07 Oktober 2010
Melarung
Asyari Muhammad
malam masih menyisakan rindu
para nelayan melarung sesaji
diarak kapal-kapal mulia
anak gadis di ujung kapal
menatap cakrawala
memandikan awak kapal
mengaharap berkah ya berkah
esok kita bersua merajut kasih
di tepi pantai
malam masih menyisakan rindu
para nelayan melarung sesaji
diarak kapal-kapal mulia
anak gadis di ujung kapal
menatap cakrawala
memandikan awak kapal
mengaharap berkah ya berkah
esok kita bersua merajut kasih
di tepi pantai
Rabu, 06 Oktober 2010
Hujan
Asyari Muhammad
hujan aku masih menikmatimu di dalam kaca bus kota
sore setelah kabut membelah tebing bukit
aku masih terdiam di dalam bus kota
menunggumu
menghampiriku sebelum senja
hujan masih membekas di almanakku
hujan aku masih menikmatimu di dalam kaca bus kota
sore setelah kabut membelah tebing bukit
aku masih terdiam di dalam bus kota
menunggumu
menghampiriku sebelum senja
hujan masih membekas di almanakku
Selasa, 05 Oktober 2010
Membaca ayat-ayatmu
Asyari Muhammad
hujan pagi ini tak kunjung reda setelah purnama yang belum sempurna terlinas di atas kepala, menghabiskan waktu di dalam kamar membaca ayat-ayat yang belum sempat terlunasi
di atas tumpukkan kitab-kitab kuno, tak terasa separuh perjalanan telah usang, meski debu masih lekat di antara dinding yang lusuh, pikiranku dihantui berjubel karakter aneh, blingsatan ! aku dilindap kata-kata
membaca ayat-ayat pada pertengahan malam
membuka segala kerendahan hati
dan hujan pagi ini menafsirkan segala kerinduannya
23/08/2010
hujan pagi ini tak kunjung reda setelah purnama yang belum sempurna terlinas di atas kepala, menghabiskan waktu di dalam kamar membaca ayat-ayat yang belum sempat terlunasi
di atas tumpukkan kitab-kitab kuno, tak terasa separuh perjalanan telah usang, meski debu masih lekat di antara dinding yang lusuh, pikiranku dihantui berjubel karakter aneh, blingsatan ! aku dilindap kata-kata
membaca ayat-ayat pada pertengahan malam
membuka segala kerendahan hati
dan hujan pagi ini menafsirkan segala kerinduannya
23/08/2010
Senin, 04 Oktober 2010
Kitab-kitab kuno
Asyari Muhammad
berdiri di atas gedung-gedung dengan ornamen klasik
mencakar langit yang tandus
di atas kitab-kitab kuno peninggalan arsitektur bani ummayyah, habis sudah dijarah dan dibakar
tergerus pasir
23/08/2010
berdiri di atas gedung-gedung dengan ornamen klasik
mencakar langit yang tandus
di atas kitab-kitab kuno peninggalan arsitektur bani ummayyah, habis sudah dijarah dan dibakar
tergerus pasir
23/08/2010
Minggu, 03 Oktober 2010
Bulan separuh di atas kubah
Asyari Muhammad
bulan diarak mega serta bebintang
berdiri persis di atas kubah masjid
aku berjalan sepi
iktikaf di padang savana
sempurnakan ya sempurna
airmata ini tak henti mengaliri sungai-sungai firdausmu
menjejakki lorong-lorong pintu berlian serta intan bergaris cahaya-
tak bisa di tembus dengan mata telanjang
aku bersujud kepadamu,
subhannallah, maha suci engkau ya Robb
bulan masih berdiri tegak di atas kubah
24/08/2010
bulan diarak mega serta bebintang
berdiri persis di atas kubah masjid
aku berjalan sepi
iktikaf di padang savana
sempurnakan ya sempurna
airmata ini tak henti mengaliri sungai-sungai firdausmu
menjejakki lorong-lorong pintu berlian serta intan bergaris cahaya-
tak bisa di tembus dengan mata telanjang
aku bersujud kepadamu,
subhannallah, maha suci engkau ya Robb
bulan masih berdiri tegak di atas kubah
24/08/2010
Sabtu, 02 Oktober 2010
Seekor naga
Asyari Muhammad
seekor naga di lorong-lorong gua menatap tajam
angkuh tak mau kalah
matanya merah semerah darah
tubuhnya menyala-nyala seperti bola api
menyemburkan lava
seekor naga terdiam
terbelalak melahap sepi
24/08/2010
seekor naga di lorong-lorong gua menatap tajam
angkuh tak mau kalah
matanya merah semerah darah
tubuhnya menyala-nyala seperti bola api
menyemburkan lava
seekor naga terdiam
terbelalak melahap sepi
24/08/2010
Langganan:
Postingan (Atom)