Asyari Muhammad
hujan berkah sore hingga petang tak kunjung reda
melarut di antara dawai-dawai biola tua
selembar kain putih membentang melintasi gemintang
tersungkur pada pintu rumahmu yang tak sempat aku sentuh
talu-taluan rebana menyambutmu di antara selendang sutra
membentang dari surga yang kau cipta,
menebar aroma wewangi pada bunga sedap malam
melepaskan penat hiruk-pikuk metropolitan yang ganas
secangkir teh hangat serta madunya mencair
kemudian mendendangkan tembang-tembang klasik
yang tak sempat menuai cinta di antara kabut
sedang riuh jejangkrik melantunkan melodi tentang cinta
serasa orkestra malam yang ritmis
Jepara