Senin, 11 Maret 2002

Melamarmu

Asyari Muhammad

hujan berkah sore hingga petang tak kunjung reda

melarut di antara dawai-dawai biola tua

selembar kain putih membentang melintasi gemintang

tersungkur pada pintu rumahmu yang tak sempat aku sentuh

talu-taluan rebana menyambutmu di antara selendang sutra

membentang dari surga yang kau cipta,

menebar aroma wewangi pada bunga sedap malam

melepaskan penat hiruk-pikuk metropolitan yang ganas

secangkir teh hangat serta madunya mencair

kemudian mendendangkan tembang-tembang klasik

yang tak sempat menuai cinta di antara kabut

sedang riuh jejangkrik melantunkan melodi tentang cinta

serasa orkestra malam yang ritmis

Jepara